Jurnal Fisioterapi Indonesia https://jurnalfisioindonesia.com/jfi/index.php/jfti <p><strong>Jurnal Fisioterapi Indonesia</strong> adalah jurnal Program Studi D4 Fisioterapi, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia bekerjasama dengan Perkumpulan Penyelenggara Pendidikan Vokasi Fisioterapi Indonesia (P3VFI), yang berisikan kumpulan hasil penelitian terapan dosen dan mahasiswa yang disusun dalam bentuk artikel penelitian. Fokus dan <em>scope</em> jurnal adalah pelayanan fisioterapi (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) pada subjek manusia yang sehat maupun sakit di lingkungan rumah sakit/klinik, institusi pendidikan, berbagai institusi kesehatan terkait dan masyarakat.</p> id-ID [email protected] (Triana Karnadipa) [email protected] (Riza Pahlawi) Fri, 21 May 2021 00:00:00 +0000 OJS 3.3.0.10 https://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 TERAPI LATIHAN PADA KONDISI STROKE: KAJIAN LITERATUR https://jurnalfisioindonesia.com/jfi/index.php/jfti/article/view/8 <p>Stroke merupakan defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba disebabkan oleh gangguan vaskular berupa kekurangan suplai oksigen ke otak yang berlangsung lebih dari 24 jam sehingga mengakibatkan kerusakan atau nekrosis jaringan otak. Stroke hemoragik maupun non hemoragik dapat menyebabkan masalah atau gangguan pada penderita stroke baik fisik maupun psikis sesuai dengan lokasi kerusakannya. <em>E</em><em>xercise therapy</em> merupakan salah satu intervensi atau tindakan fisioterapi yang memfokuskan pada latihan gerak atau kegiatan fisik baik secara aktif maupun pasif yang sistematik, direncanakan, terstruktur dan berulang-ulang dengan pola gerakan yang benar untuk tujuan tertentu yaitu memberikan informasi yang benar pada otak, mengembalikan fungsi muskuloskeletal ke normal akibat cedera atau penyakit, mencegah kerusakan fungsi, mencegah faktor resiko kesehatan, mengoptimalkan status kesehatan dan kebugaran, serta meningkatkan kemampuan fungsional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah <em>library research, </em>yang di dasarkan pada sumber data <em>online </em>dan <em>offline </em>dengan merujuk pada buku-buku, jurnal, artikel yang berkaitan dengan topik terapi latihan pada pasien stroke dan dibahas sebagai sumber data untuk menjawab pertanyaan penelitian. Terapi latihan perlu disesuaikan dengan kondisi penyembuhan stroke. Selain itu, baik terapi latihan dasar dan spesifik dapat memberikan pengaruh yang baik pada pasien dengan kondisi stroke.</p> Debora Krisnawati, Lucky Anggiat Hak Cipta (c) 2021 Jurnal Fisioterapi Indonesia https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 https://jurnalfisioindonesia.com/jfi/index.php/jfti/article/view/8 Tue, 11 May 2021 00:00:00 +0000 A PERBANDINGAN PENGARUH KINESIOTAPING ABDOMINAL DENGAN MASSAGE ABDOMINAL TERHADAP PENGURANGAN NYERI HAID (DISMENORE) https://jurnalfisioindonesia.com/jfi/index.php/jfti/article/view/7 <p>Dismenore adalah rasa sakit pada masa menstruasi yang cukup parah hingga bisa mengganggu aktifitas sehari-hari, Banyak diantara wanita yang mengalami sakit atau kram di daerah perut bagian bawah saat menstruasi, Untuk mengurangi nyeri haid Kinesiotaping dan Massage dapat mengguragi rasa nyeri haid, merileksasi otot, melancarkan sirkulasi darah. Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan two group pre test-post test. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari- Maret 2019 terhadap 10 orang responden, dengan 5 orang pada kelompok <em>Kinesiotaping Abdominal</em> dan 5 orang pada kelompok <em>Massage Abdominal </em>Data yang terkumpul diolah dan dianalisa secara komputerisasi Hasil uji pengaruh dengan menggunakan uji Wilcoxom signed ranks test pada kelompok <em>Kinesiotaping Abdominal</em> nilai rata-rata nyeri sebelum intervensi 5,40 dan sesedah dilakukan intervensi <em>Kinesiotaping Abdominal</em> turun menjadi 0,60 dengan MD 4,8 dan P-value 0,0005 berati ada pengaruh pemberian <em>Kinesiotaping Abdominal</em> terhadap nyeri haid dan pada kelompok Massage Abdominal nilai rata-rata nyeri sebelum intervensi 5,40 dan sesudah dilakukan intervensi Massage Abdominal turun menjadi 1,60 dengan MD 3,8 dan P-value 0,0005 berati ada pengaruh pemberian Massage abdominal terhadap nyeri haid,. Kesimpulan <em>Kinesiotaping Abdominal</em> dan Massage Abdominal terbukti sama-sama ada pengaruh terhadap pengurangan nyeri haid (Dismenore). Dengan <em>Kinesiotaping Abdominal</em> lebih efekti dalam pengurangan nyeri haid dibandingkan dengan Massage Abdominal.</p> Yelva Febriani, Annisa Adenikheir Hak Cipta (c) 2021 Jurnal Fisioterapi Indonesia https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 https://jurnalfisioindonesia.com/jfi/index.php/jfti/article/view/7 Tue, 11 May 2021 00:00:00 +0000 ULTRASOUND DAN STRETCHING TERHADAP KEMAMPUAN MENGANGKAT TANGAN PADA KASUS SHOULDER STIFFNESS DEXTRA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG https://jurnalfisioindonesia.com/jfi/index.php/jfti/article/view/5 <p><span style="font-weight: 400;">Shoulder Stiffness (SS) atau kekakuan pada bahu adalah kondisi keterbatasan ROM pada gerak sendi di glenohumeral. SS dapat timbul secara spontan (SS primer atau idiopatik, juga dikenal sebagai "Frozen Shoulder") atau juga dapat timbul karena penyebab yang diketahui, termasuk prosedur bedah pada bahu (SS sekunder dan </span><em><span style="font-weight: 400;">post-operative</span></em><span style="font-weight: 400;">). Ultrasound menjadi salah satu modalitas fisioterapi untuk menangani kasus-kasus muskuloskeletal terutama nyeri dengan kombinasi latihan berupa </span><em><span style="font-weight: 400;">stretching</span></em><span style="font-weight: 400;"> yang diperkirakan untuk meningkatkan ROM serta mengurangi nyeri pada bahu sehingga pasien dapat beraktivitas secara optimal. Muncul pertanyaan klinis, “Apakah Ultrasound dan </span><em><span style="font-weight: 400;">Stretching</span></em><span style="font-weight: 400;"> untuk Meningkatkan Kemampuan Mengangkat Tangan pada Kasus </span><em><span style="font-weight: 400;">Shoulder Stiffness Dextra</span></em><span style="font-weight: 400;">?”. Dalam studi kasus ini, dilakukan penelusuran bukti pada 5 data base yaitu Pubmed, Science Direct, ProQuest, Cochrane Library, dan SpingerLink. Kata kunci yang digunakan adalah “Ultrasound </span><em><span style="font-weight: 400;">Therapy</span></em><span style="font-weight: 400;"> AND </span><em><span style="font-weight: 400;">Stretching</span></em><span style="font-weight: 400;"> AND </span><em><span style="font-weight: 400;">Shoulder Stiffness</span></em><span style="font-weight: 400;"> AND </span><em><span style="font-weight: 400;">Fracture</span></em><span style="font-weight: 400;">”. Pada penelusuran didapatkan 3,898 artikel ditemukan. Terdapat 636 artikel yang memenuhi kriteria inklusi. Kemudian tahap pencarian dilanjutkan dengan membaca keseluruhan artikel dan didapatkan 68 artikel yang sesuai dengan 25 artikel pada Pubmed, 16 artikel pada Science Direct, 20 artikel pada ProQuest, 0 pada Cochrane Library, dan 7 pada SpingerLink.</span></p> <p><span style="font-weight: 400;">Kata kunci: </span><em><span style="font-weight: 400;">Shoulder stiffness, Ultrasound therapy, Stretching, fracture</span></em></p> Safrin Arifin, Anisah Imansari Rahayuningtyas Hak Cipta (c) 2021 Jurnal Fisioterapi Indonesia https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 https://jurnalfisioindonesia.com/jfi/index.php/jfti/article/view/5 Tue, 11 May 2021 00:00:00 +0000 Penggunaan Lower Limb Strengthening dan Balance Exercises Pada Kasus Guillain-Barre Syndrome https://jurnalfisioindonesia.com/jfi/index.php/jfti/article/view/12 <p><strong>ABSTRAK:  </strong>Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mengetahui efektivitas dua terapi latihan, yaitu <em>lower limb strengthenin</em>g dan <em>balance exercises</em> pada kasus <em>guillain-barre syndrome</em>. <em>Guillain-barre syndrome</em> merupakan penyakit autoimun yang memengaruhi sistem saraf perifer yang dipicu oleh infeksi bakteri atau virus sehingga menyebabkan adanya kelemahan progresif pada ekstremitas atas dan bawah baik bagian proksimal maupun distal. Dengan adanya kelemahan terutama pada ekstremitas bawah dapat menyebabkan gangguan keseimbangan dalam berjalan yang akan berdampak pada terganggunya aktivitas sehari-hari<em>. </em>Terapi latihan berupa<em> lower limb strengthening</em> dan <em>balance exercises </em>diperkirakan mampu meningkatkan kekuatan otot ekstremitas bawah dan keseimbangan berjalan sehingga pasien mampu beraktivitas secara optimal. Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah <em>evidence-based case report</em> dengan pertanyaan klinis, “Apakah pemberian <em>lower limb strengthening</em> dan <em>balance exercises</em> dapat meningkatkan keseimbangan berjalan pada pasien <em>guillain-barre syndrome</em>?” untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut dilakukan penelusuran bukti pada 3 data base, yaitu EBSCO, Pubmed, dan Scopus. Kata kunci yang digunakan adalah “dengan kriteria inklusi artikel full teks, diagnosa medis <em>guillain-barre syndrome</em>, penanganan dengan terapi latihan.</p> <p>Pada penelusuran didapatkan 10 artikel yang memenuhi kriteria inklusi. Ke</p> <p> </p> <p><strong>Kata Kunci: </strong><em>lower limb strengthening, balance exercises, guillain-barre syndrome</em></p> <p><em> </em></p> <p> </p> <p> </p> <p> </p> <p> </p> <p> </p> Aditya Denny Pratama, Miratiani Sitompul Hak Cipta (c) 2021 Jurnal Fisioterapi Indonesia https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 https://jurnalfisioindonesia.com/jfi/index.php/jfti/article/view/12 Fri, 21 May 2021 00:00:00 +0000 PENGARUH BREATHING EXERCISE DAN STRETCHING TERHADAP PENURUNAN SESAK PADA KASUS PNEUMOTHORAX BILATERAL https://jurnalfisioindonesia.com/jfi/index.php/jfti/article/view/2 <p>Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mengetahui efektfitas dua latihan yaitu, <em>breathing exercise</em> dan <em>stretching </em>yang menjadi modalitas fisioterapi dalam menangani kasus-kasus kardiorespirasi. <em>Pneumothora</em>x disebabkan oleh adanya udara atau gas di ruang <em>pleura</em>. Hal tersebut menyebabkan paru-paru kolaps secara parsial atau total, serta penurunan derajat oksigenasi dan ventilasi dalam paru-paru. <em>Pneumothorax</em> diklasifikasikan menjadi primer spontan<em> pneumothorax</em> (PSP) dan sekunder spontan<em> pneumothorax </em>(SSP). PSP terjadi pada orang sehat tanpa penyakit paru yang mendasarinya. SSP disebabkan oleh pecahnya jaringan paru yang rusak dan terjadi pada penderita yang telah didiagnosis dengan penyakit paru sebelumnya, <em>mycobacterial tuberculosis </em>menjadi penyebab paling umum dari SSP. Selain dua jenis <em>pneumothorax </em>juga terdapat <em>traumatic pneumothorax </em>dan <em>tension pneumothorax</em>. <em>Chest tube drainage </em>atau disebut juga t<em>ube thoracostomy</em> biasanya digunakan bagi penderita <em>pneumothorax</em> untuk mengalirkan cairan, darah, atau udara dari rongga <em>pleura</em>. Kombinasi  latihan berupa pemberian <em>deep breathing exercise </em>dan <em>active assisted stretching</em> diperkirakan mampu mengurangi sesak sehingga pasien mampu beraktivitas secara optimal. Penurunan sesak pasien dapat diukur menggunakan parameter <em>dyspnea severity scale. </em>Muncul pertanyaan-pertanyaan klinis, “Apakah pemberian <em>breathing exercise </em>dan <em>stretching </em>dapat memberikan efek yang lebih baik untuk menurunkan sesak pada pasien <em>pneumothorax</em> bilateral?” untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan penelusuran bukti pada 2 data base yaitu Pubmed dan Science Direct. Kata Kunci yang digunakan adalah<em> Deep breathing</em> AND <em>dyspnea,</em> <em>Respiratory muscle stretching </em>AND <em>dyspnea, </em>dan <em>Deep breathing </em>OR <em>Breathing exercise </em>AND<em> oxygen saturation </em>AND<em> Heart rate </em>dengan kriteria inklusi artikel full teks dan publikasi sejak tahun 2015 - 2020.</p> <p>Pada penulusuran didapatkan 5 artikel yang memenuhi kriteria inklusi. Kemudian tahap pencarian dilanjutkan dengan membaca keseluruhan artikel dan ditemukan artikel yang sesuai sebanyak 2 artikel pada Pubmed dan 2 artikel pada Science Direct.</p> Riza Pahlawi, Nida Farhani Hak Cipta (c) 2021 Jurnal Fisioterapi Indonesia https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 https://jurnalfisioindonesia.com/jfi/index.php/jfti/article/view/2 Fri, 21 May 2021 00:00:00 +0000 The EFEKTIVITAS ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA KASUS NYERI LEHER DI RSUPN Dr. CIPTOMANGUNKUSUMO https://jurnalfisioindonesia.com/jfi/index.php/jfti/article/view/4 <p><strong>ABSTRAK :</strong> Nyeri  leher  adalah  nyeri  yang  dihasilkan dari interaksi  kompleks antara otot dan ligamen serta faktor yang berhubungan dengan postur, kebiasaan tidur, posisi kerja, stress, kelelahan otot kronis, adaptasi postural dari nyeri primer lain atau perubahan degeneratif dari discus cervikalis dan nyeri leher ini dapat mengganggu aktivitas seseorang. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mengetahui efektfitas pemberian ultrasound dan terapi latihan yaitu aktif <em>stretching</em> dan <em>neck cailliet exercise</em> pada kasus nyeri leher. Kombinasi pemberian ultrasound dan terapi latihan (<em>stretching</em> dan <em>neck cailliet exercise</em>) diperkirakan mampu mengurangi nyeri, mengurangi spasme, meningkatkan LGS, meningkatkan kekuatan otot sehingga pasien mampu beraktivitas secara optimal. <strong>Metode:</strong> studi kasus tunggal berbasis bukti, ultrasound dan terapi latihan berupa aktif <em>stretching</em> dan <em>neck cailliet exercise</em> diberikan selama 2 minggu dengan 4 kali evaluasi. Penilaian intensitas nyeri menggunakan VAS, penilaian lingkup gerak sendi (LGS) menggunakan goniometer, penilaian spasme otot dengan parameter turgor kulit, penilaian kekuatan otot menggunakan MMT,  serta untuk menilai perkembangan fungsional pasien dilakukan dengan parameter NDI. <strong>Hasil:</strong> Terdapat penurunan nilai VAS nyeri gerak dan tekan diakhir sesi terapi dari VAS 3 menjadi VAS 2, terdapat peningkatan LGS pada gerakan lateral fleksi dan ekstensi yang pada awalnya senilai 30<sup>o</sup>  menjadi 35<sup>o</sup> dan pada gerakan rotasi yang awalnya senilai 45<sup>o</sup> menjadi 50<sup>o</sup>, terdapat penurunan spasme otot, terdapat peningkatan MMT dari 4 menjadi 5 yang dikaitkan dengan skor NDI dari nilai 42% (berat) menjadi  30% (sedang). Sehingga menunjukkan bahwa terdapat peningkatan terhadap kemampuan fungsional pasien. <strong>Kesimpulan: </strong>Studi ini menunjukan bahwa ultrasound dan terapi latihan berupa aktif <em>stretching</em> dan <em>neck cailliet exercise</em> dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada nyeri leher yang diukur menggunakan parameter NDI.</p> Faizah Abdullah Djawas, Khofifah Indah Sari Hak Cipta (c) 2021 Jurnal Fisioterapi Indonesia https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 https://jurnalfisioindonesia.com/jfi/index.php/jfti/article/view/4 Tue, 11 May 2021 00:00:00 +0000 The Effect Of Physio Ball Exercise On Sitting Balance In Children With Spastic Cerebral Palsy https://jurnalfisioindonesia.com/jfi/index.php/jfti/article/view/6 <p><em>Spastic cerebral palsy is a non-progressive disorders that affect the control of movement and posture caused by lesions in the cerebral cortex that occur before, during, or after childbirth. Sitting balance disorder is one of the functional disorders experienced by child with spastic cerebral palsy. Balance is affected by postural control reaction, namely the head control and trunk stability. </em><em>Postural control is obtained by the integration of sensory systems, motor systems and the nervous system. </em><em>Balance disorders may inhibit ambulatory activity and mobilization in children with spastic cerebral palsy. </em><em>Physio ball exercise is an exercise to improve the response of postural muscles through the sensory proprioseptive input. </em><em>The study aimed to analyze the effect of physio ball exercise on sitting balance in children with spastic cerebral palsy. This research is pre experimental with one group pre-post test design.  A Total of 16 samples </em><em>determined by the purposive sampling technique with the inclusion criteria of the children who were diagnosed by spastic cerebral palsy were 1-12 years old and with a measurement value LSS between I-VII. Samples were tread by physio ball exercise with supine, prone and sitting technique for 12 times of intervention. Sitting balance can be described using the level of sitting scale (LSS). The results showed that physio ball exercise are affects the sitting balance on children with spastic cerebral palsy with the significant values of  Wilcoxon test is p = 0.001.</em></p> <p><em> </em></p> <p><strong><em>Keywords:</em></strong> <em>physio ball exercise, sitting balance, spastic cerebral palsy, level of sitting scale </em>(LSS)</p> <p><strong>ABSTRAK: </strong>Palsi serebral tipe spastik merupakan kondisi gangguan kontrol gerak dan postur yang bersifat non-progresif akibat lesi pada korteks serebri yang terjadi sebelum, selama atau sesudah proses kelahiran. Gangguan keseimbangan duduk merupakan salah satu gangguan fungsional yang dialami oleh anak palsi serebral tipe spastik. Keseimbangan dipengaruhi oleh reaksi kontrol postural yaitu kontrol kepala dan kestabilan trunk. Kontrol postural diperoleh dari integrasi sistem sensorik, sistem motorik dan sistem saraf. Gangguan keseimbangan dapat menghambat aktivitas ambulasi dan mobilisasi pada anak palsi serebral tipe spastik. <em>Physio ball exercise </em>merupakan latihan untuk meningkatkan respon otot-otot postural melalui <em>input </em>sensoriproprioseptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh <em>physio ball exercise </em>terhadap keseimbangan duduk pada anak palsi serebral tipe spastik. Penelitian ini merupakan penelitian <em>pre experimental</em> dengan <em>one group pre-post test design</em>. Sampel sebanyak 16 orang ditentukan menggunakan teknik <em>purposive sampling</em> dengan kriteria inklusi meliputi anak dengan diagnosa palsi serebral tipe spastik usia 1-12 tahun dengan skor pengukuran LSS berada pada level I-VII. Sampel diberikan <em>physio ball exercise </em>dengan teknik<em> supine, prone dan sitting on physio ball </em>selama 12 kali perlakuan. Data keseimbangan duduk diukur menggunakan <em>level of sitting scale </em>(LSS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian <em>physio ball exercise</em> berpengaruh terhadap keseimbangan duduk pada anak palsi serebral tipe spastik dengan nilai signifikan uji <em>Wilcoxon</em> p=0,001.</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong>Kata Kunci:</strong> <em>physio ball exercise,</em> keseimbangan duduk, palsi serebral tipe spastik, <em>level of sitting scale </em>(LSS)</p> Mita Noviana, Nilam Hak Cipta (c) 2021 Jurnal Fisioterapi Indonesia https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 https://jurnalfisioindonesia.com/jfi/index.php/jfti/article/view/6 Tue, 11 May 2021 00:00:00 +0000 The Effectiveness of NDT to Improve Standing Balance in A 2-years-old Down Syndrome Child https://jurnalfisioindonesia.com/jfi/index.php/jfti/article/view/1 <p><em>The purpose of this case study is to evaluate the effectiveness of Neuro Developmental Treatment to improve balance in a case of 2y-o girl with Down Syndrome. Down Syndrome is a genetic disorder that causes an extra copy of chromosome 21. Even children with Down Syndrome will experience delays in the development of motor skills. This delay is related to the presence of hypotonus, joint laxity and medical problems in children with Down Syndrome. Because thes problems, children with Down Syndrome also improve problems in terms of balance and coordination. One method provided by physiotherapists in handling these cases is Neuro Developmental Treatment (NDT) which uses sensorimotor using primitive and reflex postural patterns. The ultimate goal in NDT interventions is a normal pattern of movement development. The purpose of this case study is to find out how effective the use of NDT is to improve standing balance in a case of 2 years old girl with Down Syndrome. The method used in this case study is an evidence-based case report. Search for evidence was carried out on three data bases namely, PubMed, Science Direct, and Scopus. NDT was given once a week, 45 minutes for a session, using three techniques namely, inhibition, facilitation and stimulation for five weeks. Pediatric Balance Scale was used as the outcome measure of balance. After the intervention had been given, there is an increase in the PBS score from 7 to 14 points. Therefore, it can be concluded that NDT can increase the balance ability in children with Down Syndrome after 4 sessions of therapy</em></p> Triana Karnadipa, Azalya Rahmadhani Astuti Hak Cipta (c) 2021 Jurnal Fisioterapi Indonesia https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 https://jurnalfisioindonesia.com/jfi/index.php/jfti/article/view/1 Tue, 11 May 2021 00:00:00 +0000